Sebelum membaca saya mau memperkenalkan tas belanja tertua yang saya punya. Saya inget banget membeli tas ini di area boulevard kampus ganesa oleh kakak-kakak mahasiswa dalam rangka kampanye Diet Kantong Plastik. Waktu itu saya beli bukan tersentuh isi kampanyenya, melainkan karena saya ke suka dengan desain si tas belanjanya. Karena itulah tas ini tidak banyak berguna sebagai tas belanja karena saya sayang pakainya wkwk..
Waktu berlalu dengan cepatnya. Setelah pindah dari satu kosan ke kosan lain lalu kemudian menikah dan pindah kontrakan beberapa kali. Ternyata si tas belanja ini tanpa sadar saya bawa serta. Saat usia saya mendekati kepala 3 barulah dia benar-benar saya digunakan. Kampanye Diet Kantong Plastik sekarang ini semakin gencar. Berbagai cara dilakukan aktivis lingkungan mulai dari sosialisasi aksi, memperkenalkan produk ramah lingkungan sampai ajakan yang bersifat life style. Jadi bawa kantong belanja sendiri itu coba dikampanyekan jadi gaya hidup kekinian, dengan tas belanja hadir aneka rupa.
Melihat fenomena ini saya jadi ingat masa kecil suka diajak ibu ke pasar. Sebelum pergi ibu biasa membawa tas belanja atau lebih teptanya keranjang belanja. Jadi jaman dulu gaya hidup kita sudah green ya. Kenapa sekarang berubah jadi serba diplastikin ya? Mari kita ulas sedikit.
Terbiasa Membawa Keranjang Belanja Sendiri
Seorang ibu usia 66 tahun menuturkan bahwa pada tahun 70-an, orang-orang kalau belanja selalu bawa keranjang belanja jadi tidak pakai kantung plastik. Saat belanja di pasar, misalnya sayur, pedagang hanya akan membungkusnya dengan kertas koran dan menyerahkan kepada pembeli yang akan menaruhnya di keranjang belanja.
Persis dengan ingatan saya antara tahun 1997-2000 sering diajak ibu ke pasar. Sejak dari rumah ibu sudah mempersiapkan keranjang belanja sendiri. Pedagang di pasar pun tidak melulu menggunakan plastik. Contohnya saja kalau beli cabe, tomat, tauge dibungkusnya pakai kertas atau majalah bekas. Tempe juga hanya tersedia yang dibungkus daun pisang. Beda dengan sekarang, lebih banyak ditawarkan tempe berbungkus plastik.
Popularitas Tas Plastik
Kegiatan belanja pada masa kini bisa dibilang berlebihan plastiknya. Kalau ke pasar tradisional atau ke penjual sayur keliling, cabai dan taoge sudah tidak dibungkus dengan kertas lagi melainkan sudah serba diplastikin. Barangkali karena koran dan kertas bekas juga susah dicari. Efek samping paperless, yang katanya produksi kertas berarti menebang pohon. Artinya bila semakin banyak kertas dipakai maka semakin banyaklah pohon yang ditebang. Demi kelestarian hutan.
Eits jangan salah. Kantong plastik ini awalnya dibuat juga berkaitan dengan isu lingkungan lho.
Kantong plastik diciptakan pada 1959 oleh ilmuwan asal Swedia, Sten Gustaf Thulin, sebagai pengganti kantong kertas yang proses produksinya mengancam keberlanjutan alam (bbc.com).
Fakta yang menarik ya, tujuan awalnya mulia ternyata mengalami pergeseran menjadi bencana.
Seiring berjalannya waktu, kantong plastik membuat orang terlena dengan kenyamanan dan kepraktisannya, yang berakibat sampah menumpuk. Orang-orang tidak lagi menggunakan kantong plastik berulang kali, tapi sekali pakai.
Belanja dengan membawa keranjang sendiri perlahan mulai ditinggalkan karena memang cukup merepotkan. Terutama bagi ibu bekerja. Tidak terbayang jika pekerja kantoran harus membawa keranjang saat belanja di hari kerja. Lebih mudah dilakukan oleh para ibu rumah tangga. Lagipula setiap belanja sudah disediakan kantong plastik oleh penjual, praktis tanpa repot. Sekalipun dikenakan kebijakan plastik berbayar, pembeli di supermarket dan minimarket lebih memilih untuk membayar saja harga plastik untuk belanjaannya. Baik karena kondisinya sedang memungkinkan atau sudah terlena dengan kemudahan menggunakan kantong plastik.
Kontra Sampah Kantong Plastik Sekali Pakai
Kantong plastik diakui memang menunjang aktivitas hidup kita. Namun pemakaian secara massal sehingga jumlah sampah kantong plastik menjadi tidak terkendali sangat membahayakan lingkungan. Butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk mengurai sampah-sampah plastik. Indonesia adalah negara penyumbang sampah plastik di lautan terbesar kedua di dunia dengan jumlah diperkirakan mencapai 26.000 ton per hari. Setiap hari itu lho ya, wow kan!
Fakta ini kemudian mendorong banyak pihak yang peduli lingkungan untuk bergerak. Salah satunya dengan mengadakan kampanye mengurangi penggunaan kantong plastik atau bahasa kerennya “Gerakan Diet Kantong Plastik”. Nah dari gerakan ini kemudian mulai muncul beragam kreasi-kreasi tas belanja sebagai pengganti kantong plastik.
Tas Belanja menjadi Gaya
Maraknya isu lingkungan akibat sampah plastik ini juga memunculkan kebijakan pemberlakuan kantong plastik berbayar yang terasa saat kita belanja di pusat perbelanjaan seperti supermarket dan minimarket. Saya tidak akan membahas efektif atau tidaknya kebijakan ini, namun hal ini menjadi peluang bisnis baru yaitu produk tas belanja. Sampai hari ini pun masih kita jumpai di supermraket dan minimrket memajang dagangan tas belanjanya di dekat kasir. Ya beberapa pusat perbelanjaan masih ada yang konsisten menerapkan kantong plastik berbayar. Sebagian lainnya masih menyediakan kantong belanja namun berbahan dasar kertas. Tas belanja juga ditawarkan sebagai produk kebutuhan sehari-hari dan dipajang di rak tersendiri pada sebagian toko. Desain dan bahan yang ditawarkan beragam, bahkan ada yang bagus sekali sampai kita sayang memakainya sebagai tas belanja kebutuhan dapur apalagi ke pasar tradisional.
Selain inovasi dengan menggunakan material baru. Ada juga yang mencoba mengembalikan kejayaan keranjang belanja tempo dulu yang terbuat dari anyaman. Cara menjualnya pun unik. Tidak dijual satuan melainkan ditawarkan dalam paket souvenir, baik untuk tamu undangan pernikahan, ulang tahun hingga acara menyambut kelahiran bayi. Anyaman keranjang belanjanya pun kelihatan berkelas. Jauh dari kesan jadul.
Yuk, Bawa Tas Belanja Sendiri (lagi)!
Suatu produk yang diciptakan untuk kebaikan perlu dievaluasi swcara berkala, untuk mengecek apakah mulai terjadi penyimpangan ataukah masih sesuai visi diawal. Bencana seringkali datang karena sikap kita yang berlebihan. Jadi berhemat dan bijaknya dalam mengkonsumsi apapun.
Tulisan ini saya ikutkan ke ‘tantangan Mamah Gajah Ngeblog’
https://www.bbc.com/indonesia/media-50231051
Diet Kantong Plastik untuk Lingkungan Sehat